'/> Contoh Tawaran Penelitian Kualitatif

Info Populer 2022

Contoh Tawaran Penelitian Kualitatif

Contoh Tawaran Penelitian Kualitatif
Contoh Tawaran Penelitian Kualitatif
Sebuah contoh proposal penelitian kualititaf yang sanggup menjadi pola dan rujukan untuk menciptakan anjuran kualitatif sesuai dengan tema yang menjadi kiprah dan kewajiwan anda untuk menuntaskan mata kuliah tertentu di jenjang akademi tinggi.

Proposal Penelitian Kualitatif

------
UPAYA GURU BK DALAM MENINGKATKAN SELF CONTROL REMAJA DI Sekolah Menengan Atas NEGERI 1 PEMALANG

PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF

Disusun Guna Memenuhi Tugas Metodologi Penelitian Pendidikan
Dosen Pengampu : Dra. Maria Theresia Sri Hartati, M.Pd

Oleh
Hari Liyono Nugroho
1301411084


JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Istilah pubertas maupun adolescensia sering di artii dengan masa remaja, yakni masa perkembangan sifat tergantung (dependence) terhadap orang renta kearah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri, perhatian terhadap skor-skor estadab dan isu-isu moral. Sedangkan berdasarkan Harold Alberty (1967:86), remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa remaja yakni berlangsung 11-13 tahun hingga 18-20 tahun berdasarkan umur kalender kelahiran seseorang.

Sejauh mana remaja sanggup mengamalkan skor-skor yang di anutnya dan yang telah dicontohkan kepada mereka? Salah satu kiprah perkembangan yang harus dilakukukan remaja yaitu mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompoknya kemudian menyesuaikan tingkah lakunya dengan asa sosial tanpa bimbingan, pengawasan, motivasi, dan bahaya sebagaimana sewaktu kecil. Dia juga di tuntut bisa mengendalikan tingkah lakunya lantaran ia bukan lagi tanggung tanggapan orang renta atau guru.

Berdasarkan penelitian empiris yang dilakukan Kohlberg pada tahun 1958, sekaligus menjadi disertasi doktornya dengan judul “The Developmental of model of moral Think and choice in the years 10 to 16”. menyebutkan bahwa tahap-tahap perkembangan moral pada individu sanggup di bagi sebagai diberikut:

1. Tingkat Prakonvensional
Pada tingkat ini anak tanggap terhadap aturan-aturan budaya dan terhadap ungkapan-ungkapan budaya mengenai baik dan buruk, benar dan salah. Akan tetapi, hal ini semata-mata ditafsirkan dari segi alasannya yaitu akhir fisik atau kenikmatan perbuatan (hukuman, keuntungan, pertukaran dan kebaikan).

2. Tingkat Konvensional
Pada tingkat ini, anak hanya berdasarkan asa keluarga, kelompok atau bangsa. Ia memandang bahwa hal tersebut berskor bagi dirinya sendiri, tanpa mengindahkan akhir yang segera dan nyata.

3. Tingkat Pasca-konvensional
Pada tingkat ini terdapat perjuangan yang terang untuk merumuskan skor-skor dan prinsip moral yang dimiliki keabsahan dan sanggup diterapkan, terlepas dari otoritas kelompok atau orang yang berpegang pada prinsip-prinsip itu dan terlepas pula dari identifikasi individu sendiri  dengan kelompok tersebut.
Piaget menyebutkan bahwa masa remaja sudah mencapai tahap pelaksanan formal dalam kemampuan kognitif. Dia bisa mempertidak seimbangkan segala kemungkinan untuk mengatasi suatu duduk masalah dari beberapa sudut pandang dan berani mempertanggung jawabankan.

Sehingga kohlberg juga beropini bahwa perkembangan moral ketiga, moralitas pasca-konvensional harus di capai selama masa remaja. Sejumlah prinsip di terimanya melalui dua tahap; pertama menyakini bahwa dalam keyakinan moral harus ada fleksibilitas sehingga memungkinkan dilakukan perbaikan dan perubahan baku moral bila menguntungkan tiruana anggota kelompok; kedua mengikuti keadaan dengan baku sosial dan ideal untuk menjahui eksekusi sosial terhadap dirinya sendiri, sehingga perkembangan moralnya tidak lagi atas dasar harapan pribadi, tatapi mernghormati orang lain.

Akan tetapi pada kenyataan banyak di temukan remaja yang belum sanggup mencapai tahap pasca-konvensional, dan juga pernah di temukan remaja yang gres mencapai tahap prakonvensional.

Fenomena tersebut banyak di jumpai pada remaja yang pada umumnya mereka masih duduk di kursi SMA/SMK, seperti:
1. Berperangi tidak terpuji, meremehkan peraturan dan disiplin sekolah
2. Suka berhura-hura dan bergerombol.
3. Mentaati  peraturan sekolah, lantaran takut pada hukuman.

Dan tidak jarang kita mendengar perkelahian terjadi antar remaja yang tidak terang sebabnya. Bahkan perkelahian sanggup meningkat menjadi permusuhan kelompok, yang mengakibatkan korban pada kedua belah pihak. Bila ditanyakan kepada mereka, apa yang mengakibatkan mereka berbuat kekerasan sesama remaja, dan apa masalahnya sehingga bencana yang memalukan tersebut terjadi, banyak yang menjawaban bahwa mereka tidak sadar mengapa mereka secepat itu menjadi murka dan ikut berkelahi.

Fenomena di atas menggambarkan bahwa upaya remaja untuk mencapai moralitas dewasa; mengganti konsep moral khusus dengan konsep moral umum, merumuskan konsep yang gres dikembangkan ke dalam isyarat moral sebagai fatwa tingkah laku, dan mengendalikan tingkah laris sendiri, merupakan upaya yang tidak mudah bagi lebih banyak didominasi remaja.

Menurut Rice (1999), masa remaja yaitu masa peralihan, kadab individu yang mempunyai kematangan. Pada masa tersebut, ada dua hal penting mengakibatkan remaja melaksanakan pengendalian diri. Dua hal tersebut adalah, pertama hal yang bersifat eksternal, yaitu adanya perubahan lingkungan. Pada ketika ini, masyarakat dunia sedang mengalami banyak perubahan begitu cepat yang membawa berabagai akibat, baik positif maupun negatif  bagi remaja. Dan kedua yaitu hal yang bersifat internal, yaitu karakteristik di dalam diri remaja yang menciptakan relatif ludang keringh bergejolak dibandingkan dengan masa perkembangan lainnya (storm and frustasis period).

Agar remaja yang sedang mengalami perubahan cepat dalam tubuhnya itu bisa mengikuti keadaan dengan keadaan perubahan tersebut, maka banyak sekali perjuangan baik dari pihak orang tua, guru maupun orang remaja lainnya, amat diperlukan.

Salah satu kiprah konselor yaitu sebagai pembimbing dalam tugasnya yaitu mendidik, guru harus membantu anak didik-anak didiknya biar mencapai kedewasaan secara optimal. Artinya kedewasaan yang tepat (sesuai dengan kodrat yang di punyai anak didik) Dalam peranan ini guru harus memperhatikan aspek-aspek pribadi setiap anak didik antara lain kematangan, kebutuhan, kemampuan, kecakapannya dan sebagainya biar mereka (anak didik) sanggup mencapai tingkat perkembangan dan kedewasaan yang optimal.

Untuk itu di samping orang tua, konselor di sekolah juga mempunyai peranan penting dalam membantu remaja untuk mengatasi kesusahanya, keterbukaan hati konselor dalam membantu kesusahan remaja, akan menjadikan remaja sadar akan sikap dan tingkah lakunya yang kurang baik.

Dengan kemampuan pengendalian diri (self control) yang baik, remaja di harapkan bisa mengendalikan dan menahan tingkah laris yang bersifat menyakiti dan merugikan orang lain atau bisa mengendalikan serta menahan tingkah laris yang bertentangan dengan norma-norma sosial yang berlaku. Remaja juga di harapkan sanggup mengantisipasi akibat-akibat negatif yang di timbulkan pada masa stroom and frustasis period.

Dari fenomena diatas penulis sangat tertarik untuk meneliti bagaimana  endidikan anak dalam keluarga buruh dengan judul “UPAYA GURU BK DALAM MENINGKATKAN SELF CONTROL REMAJA DI Sekolah Menengan Atas NEGERI 1 PEMALANG”

B.  Fokus Penelitian
Untuk mempergampang penulis dalam menganalisis hasil penelitian, maka Penelitian ini dikonsentrasikan pada Guru BK dalam meningkatkan Self Control siswa di Sekolah Menengan Atas NEGERI 1 PEMALANG yang mencakup tujuan, aktivitas agama dan keagamaan  yang dilakukan dalam meningkatkan self control hasil yang di capai, serta faktor pendukung dan penghambat.

C.  Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini peneliti mengambil  rumusan duduk masalah sebagai diberikut :
1. Bagaimanakah Upaya-upaya Guru BK dalam meningkatkan  Self Control siswa di  Sekolah Menengan Atas NEGERI 1 PEMALANG?
2. Hasil apa yang di capai dalam meningkatkan self control siswa di Sekolah Menengan Atas NEGERI 1 PEMALANG?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat terhadap peningkatan Self Control siswa di Sekolah Menengan Atas NEGERI 1 PEMALANG?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang duduk masalah dan konsentrasi penelitian, maka Tujuan Penelitian yang ingin di capai adalah:
1. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan upaya-upaya Guru BK dalam meningkatkan  self control siswa di  Sekolah Menengan Atas NEGERI 1 PEMALANG.
2. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan hasil yang di capai dalam meningkatkan self control siswa di Sekolah Menengan Atas NEGERI 1 PEMALANG.
3. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan faktor pendukung dan penghambat terhadap peningkatan self control siswa di Sekolah Menengan Atas NEGERI 1 PEMALANG.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini di harapkan sanggup menunjukkan bahwa konseling yang di lakukan oleh Guru BK di Sekolah Menengan Atas NEGERI 1 PEMALANG sanggup membentuk self control siswa.

2. Manfaat praktis
Penelitian ini sanggup berkhasiat sebagai masukan dalam menentukan kudang keringjakan ludang keringh lanjut bagi Sekolah Menengan Atas NEGERI 1 PEMALANG  mengenai peranan Guru BK dalam membantu siswa siswa membentuk self control yang baik.

II. STUDI KEPUSTAKAAN

Untuk memperkuat duduk masalah yang akan di teliti maka penulis mengadakan tela’ah pustaka dengan cara mencari dan menemukan teori-teori yang akan di jadikan landasan penelitian, yaitu:

Self Control (kontrol diri) yaitu kemampuan untuk membimbing tingkah laris sendiri; kemampuan untuk membimbing tingkah laris sendiri; kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laris impulsif.

Averill (dalam, Herlina Siwi, 2000) Menyebut kontrol diri dengan sebutan kontrol personal, yang terdiri dari tiga jenis kontrol, yaitu:

1. Behavior Control (kontrol perilaku), yang terdiri dari dua komponen, yaitu kemampuan mengatur pengaplikasian (regulated administration) dan kemampuan memodifikasi stimulus (stimulus modifiability).
2. Cognitive control (kontrol kognitif), yang terdiri dari dua komponen, yaitu memperoleh informasi (information gain) dan melaksanakan peskoran (appraisal).
3. Decisional Control merupakan kemampuan seseorang untuk menentukan hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya, kontrol diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan atau kemungkinan pada diri individu untuk menentukan banyak sekali kemungkinan tindakan.
Untuk mengukur kontrol diri dipakai aspek-aspek sebagai diberikut:
1. Kemampuan mengontrol perilaku
2. Kemampuan mengontrol stimulus
3. Kemampuan mengantisipasi suatu bencana atau kejadian
4. Kemampuan menafsirkan bencana atau kejadian.
5. Kemampuan mengambil keputusan.
Tiga langkah orang remaja dalam membangun kontrol diri pada anak, yaitu:

1. Langkah pertama yaitu memperbaiki sikap anda, sehingga sanggup memdiberi contoh control diri yang baik bagi anak dan menunjukkan bahwa hal tersebut merupakan prioritas.
2. Langkah kedua yaitu membantu anak menumbuhkan sistem regulasi internal sehingga sanggup menjadi motivator bagi diri mereka sendiri.
3. Langkah ketiga mengajarkan cara membantu anak memakai kontrol diri kadab menghadapi godaan dan frustasi, mengajarkan untuk berfikir sebelum bertindak sehingga mereka akan menentukan sesuatu yang kondusif dan baik.

III. PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode, dan Alasan Menggunakan Metode
Dalam penelitian ini dipakai Metodologi dengan pendekatan kualitatif, yang mempunyai karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data lansung, deskriptif, proses ludang keringh dipentingkan dari pada hasil, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa induktif dan arti merupakan hal yang esensial.

Ada 6 (enam) macam metodologi penelitian yang memakai pendekatan kualitatif, yaitu: etnografis, studi kasus, grounded theory, interaktif, partisipatories, dan penelitian tindakan kelas.
Dalam hal ini penelitian yang dipakai yaitu penelitian studi masalah (case study), yaitu: suatu penelitian yang dilakukan untuk mempelajari secara intensif perihal latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan suatu unit sosial: individu, kelompok, lembaga, atau masyarakat.

B. Tempat Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Sekolah Menengan Atas NEGERI 1 PEMALANG lantaran di dasarkan pada beberapa pertidak seimbangan:
Sekolah Menengan Atas yaitu Sekolah Menengah Atas yang mempunyai konotasi perilaku  yang tidak begitu baik berdasarkan pandangan masyarakat. sehingga Konselor di Sekolah Menengan Atas sangat berperan dalam memantau penyimpangan sikap para siswa.

C. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi instrumen utama yaitu peneliti sendiri.

D. Sampel Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian ini yaitu kata-kata dan tindakan, seludang keringhnya yaitu tambahan, menyerupai dokumen dan lainnya. Dengan demikian sumber data dalam penelitian ini yaitu kata-kata dan tidakan sebagai sumber utama, sedangkan sumber data tertulis, foto dan catatan tertulis yaitu sumber data tambahan.

E. Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena sanggup di mengerti artinya secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam dan observasi pada latar, dimana fenomena tersebut berlansung dan di samping itu untuk mekompliti data dibutuhkan dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh atau perihal subyek).

Wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Maksud digunakannya wawancara anatara lain yaitu (a) mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, aktivitas organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain, (b) mengkonstruksikan kebulatan-kebulatan demikian yang dialami masa lalu.

Dalam penelitian ini teknik wawancara yang peneliti gunakan yaitu wawancara mendalam artinya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam yang berafiliasi dengan konsentrasi permasalahan. Sehingga data-data yang dibutuhkan dalam penelitian sanggup terkumpul secara terbaik sedangkan subjek peneliti dengan teknik Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel bertujuan, sehingga memenuhi kepentingan peneliti.

Sedangkan jumlah informan yang diambil terdiri dari:
1. Kepala Sekolah Sekolah Menengan Atas NEGERI 1 PEMALANG;
2. Guru Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengan Atas NEGERI 1 PEMALANG;
3. Seluruh Wali Kelas Sekolah Menengan Atas NEGERI 1 PEMALANG. 

Teknik Observasi, dalam penelitian kualitatif observasi dipenjelasankan berdasarkan tiga cara.  Pertama, pengamat sanggup bertindak sebagai partisipan atau non partisipan. Kedua, observasi sanggup dilakukan secara terus terang atau penyamaran. Ketiga, observasi yang menyangkut latar penelitian dan dalam penelitian ini dipakai tehnik observasi yang pertama di mana pengamat bertindak sebagai partisipan.

Tehnik Dokumentasi, dipakai untuk mengumpulkan data dari sumber non insani, sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman.

“Rekaman” sebagai setiap goresan pena atau pernyataan yang dipersiapkan oleh atau untuk individual atau organisasi dengan tujuan pertanda adanya suatu bencana atau memenihi accounting. Sedangkan “Dokumen” dipakai untuk mengacu atau bukan selain rekaman, yaitu tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti: surat-surat, buku harian, catatan khusus, foto-foto dan sebagainya.

F. Teknik Analisis Data
Setelah tiruana data terkumpul, maka langka diberikutnya yaitu pengelolahan dan analisa data. Yang di maksud dengan analisis data yaitu proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melaksanakan sintesa, menyusun ke dalam pola, menentukan mana yang penting dan akan dipelajari, dan menciptakan kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh dirinya sendiri atau orang lain.

Analisis data dalam masalah ini memakai analisis data kualitatif, maka dalam analisis data selama di lapangan peneliti  memakai model spradley, yaitu tehnik analisa data yang di sesuaikan dengan tahapan dalam penelitian, yaitu:

1. Pada tahap penjelajahan dengan tehnik pengumpulan data grand tour question, yakni pertama dengan menentukan situasi sosial (place, actor, activity),
2. Kemudian sehabis memasuki lapangan, dimulai dengan menetapkan seseorang informan “key informant” yang merupakan informan yang berwibawa dan dipercaya bisa “membukakan pintu” kepada peneliti untuk memasuki obyek penelitian. Setelah itu peneliti melaksanakan wawancara kepada informan tersebut, dan mencatat hasil wawancara. Setelah itu perhatian peneliti pada obyek penelitian dan memulai mengajukan pertanyaan deskriptif, dilanjutkan dengan analisis terhadap hasil wawancara. Berdasarkan hasil dari analisis wawancara selanjutnya peneliti melaksanakan analisis domain.
3. Pada tahap menentukan konsentrasi (dilakukan dengan observasi terkonsentrasi) analisa data dilakukan dengan analisis taksonomi.
4. Pada tahap selection (dilakukan dengan observasi terseleksi) selanjutnya peneliti mengajukan pertanyaan kontras, yang dilakukan dengan analisis komponensial.
5. Hasil dari analisis komponensial, melalui analisis tema peneliti menemukan tema-tema budaya. Berdasarkan temuan tersebut, selanjutnya peneliti menuliskan laporan penelitian kualitatif.

DAFTAR PUSTAKA
Borba, Michele. Membangun Kecerdasan Moral; Tujuh Kebajikan Utama Agar Anak Bermoral Tinggi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Ghufron, M. Nur. ” Hubungan Kontrol diri, persepsi remaja terhadap penerapan disiplin orang renta dengan prokrastinasi aksejukik.” Tesis Ilmu Psikologi UGM Yogyakarta, 2003. http://www.damandiri.or.id/file/mnurgufronugmbab2.pdf
Gunarsa, D. Singgih. Bunga rampai Psikologi Perkembangan; Dari anak hingga usia lanjut. Jakarta: Gunung Mulia, 2006.
Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002.
Sugiyono, Metodologi Penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D Bandung: Alfabeta, 2006.
Advertisement

Iklan Sidebar