'/> Contoh Makalah Perihal Pendidikan

Info Populer 2022

Contoh Makalah Perihal Pendidikan

Contoh Makalah Perihal Pendidikan
Contoh Makalah Perihal Pendidikan
Berikut sebuah contoh makalah wacana pendidikan dengan judul pentingnya pendidikan pada usia dini yang sanggup menjadi referensi warta untuk anda.

------

Pentingnya Pendidikan Pada Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Anak ialah titipan tuhan yang harus kita jaga dan kita didik biar ia menjadi insan yang mempunyai kegunaan dan tidak menyusahkan siapa saja. Secara umum anak mempunyai hak dan kesempatan untuk berkembang sesuai potensinya terutama dalam bidang pendidikan.

Setiap anak dilahirkan bersamaan dengan potensi-potensi yang dimilikinya. Tak ada satu pun yang luput dari Pengawasan dan Kepedulian-Nya. merupakan kiprah orang bau tanah dan guru untuk sanggup menemukan potensi tersebut. Syaratnya ialah penerimaan yang utuh terhadap keadaan anak.

Dalam bidang pendidikan seorang anak dari lahir memerlukan pelayanan yang tepat dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan disertai dengan Pemahaman mengenai karakteristik anak sesuai pertumbuhan dan perkembangannya akan sangat membantu dalam menyesuaikan proses mencar ilmu bagi anak dengan usia, kebutuhan, dan kondisi masing-masing, baik secara intelektual, penuh amarah dan sosial.

Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini ialah tahun-tahun berharga bagi seorang anak untuk mengenali banyak sekali macam fakta di lingkungannya sebagai stimulans terhadap perkembangan kepribadian, psikomotor, kognitif maupun sosialnya.

Untuk itu pendidikan untuk usia dini dalam bentuk  pemmemberikanan rangsangan-rangsangan (stimulasi) dari lingkungan terdekat sangat dibutuhkan untuk mengoptimalkan kemampuan anak.


B. Tujuan pembuatan makalah
Adapun tujuan penulisan Makalah ini ialah sebagai memberikankut :

- Memenuhi salah satu kiprah mata kuliah Ilmu Pendidikan
- Melatih mahasiswa untuk sanggup berbagi keterampilan yang      dimilikinya.
- Melatih mahasiswa dalam pengalaman pribadi atau tidak pribadi dalam
- Memmemberikankan warta kepada masyarakat wacana Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pendidikan ialah usaha sadar dan berkala untuk mewujudkan suasana mencar ilmu dan proses pembelajaran biar peserta didik secara aktif berbagi potensi dirinya untuk mempunyai kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, budbahasa mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran kepakaran khusus, dan juga sesuatu yang tidak sanggup dilihat tetapi ludang keringh mendalam yaitu pemmemberikanan pengetahuan, perberat sebelahan dan kudang keringjaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan ialah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.

Pendidikan anak usia dini (PAUD) ialah suatu upaya pelatihan yang ditujukan bagi anak semenjak lahir hingga dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemmemberikanan rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani biar anak mempunyai kesiapan dalam memasuki pendidikan ludang keringh lanjut. Pendidikan anak usia dini mulai lahir hingga baligh (kalau wanita ditandai menstruasi sedangkan pria sudah mimpi hingga mengeluarkan air mani) ialah tanggung tasumsi sepenuhnya orang tua. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 wacana Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 butir 14, pendidikan anak usia dini didefinisikan sebagai suatu upaya pelatihan yang ditujukan kepada anak semenjak lahir hingga dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemmemberikanan rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani biar anak mempunyai kesiapan dalam memasuki pendidikan ludang keringh lanjut.

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio penuh amarah (sikap dan sikap serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:

1. Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang bermutu dan berkharisma, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga mempunyai kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
2. Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan mencar ilmu (aksejukik) di sekolah. Rentangan anak usia dini berdasarkan Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 ialah 0-6 tahun. Sementara berdasarkan kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan semenjak usia 0-8 tahun.

Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini

- Infant (0-1 tahun)
- Toddler (2-3 tahun)
- Preschool/ Kindergarten children (3-6 tahun)
- Early Primary School (SD Kelas Awal) (6-8 tahun)

Hal-hal yang harus dipahami dalam Karakteristik Anak Usia Dini ialah sebagai memberikankut:

- Mengetahui hal-hal yang dibutuhkan oleh anak, yang memberi manfaat bagi perkembangan hidupnya.
- Mengetahui tugas-tugas perkembangan anak, sehingga sanggup memmemberikankan stimulasi kepada anak, biar sanggup melaksanakan kiprah perkembangan dengan baik.
- Mengetahui bagaimana membimbing proses mencar ilmu anak pada ketika yang tepat sesuai dengan kebutuhannya.
- Menaruh asa dan tuntutan terhadap anak secara realistis.
- Mampu berbagi potensi anak secara optimal sesuai dengan keadaan dan kemampuannya. fisik dan psikologis ( hall & lindzey, 1993).

Adapun pentingnya pelayanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ialah sebagai memberikankut:

- PAUD sebagai titik sentral taktik pembangunan sumber daya insan dan sangat fundamental.
- PAUD memegang peranan penting dan menentukan bagi sejarah perkembangan anak selanjutnya, alasannya ialah merupakan fondasi dasar bagi kepribadian anak.
- Anak yang mendapatkan pelatihan semenjak dini akan sanggup meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan fisik maupun mental yang akan berakibat pada peningkatan prestasi belajar, etos kerja, produktivitas, pada jadinya anak akan bisa ludang keringh sanggup berdiri diatas kaki sendiri dan mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
- Merupakan Masa Golden Age (Usia Keemasan). Dari perkembangan otak manusia, maka tahap perkembangan otak pada anak usia dini menpeduli posisi yang paling vital yakni mencapai 80% perkembangan otak.
- Cerminan diri untuk melihat keberhasilan anak dimasa mendatang. Anak yang mendapatkan layanan baik semenjak usia 0-6 tahun mempunyai asa ludang keringh besar untuk meraih keberhasilan di masa mendatang. Sebaliknya anak yang tidak mendapatkan pelayanan pendidikan yang memadai membutuhkan usaha yang cukup berat untuk berbagi hidup selanjutnya.

Pendidikan Anak Usia Dini merupakan Komitmen Dunia menyerupai yang tertera dalam kutipan sebagai memberikankut:

- Komitmen Jomtien Thailand (1990) "Pendidikan untuk tiruana orang, semenjak lahir hingga menjelang ajal."
- Deklarasi Dakkar (2000) "Memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak usia dini secara komprehensif terutama yang sangat rawan dan terlantar."
- Deklarasi  ”A World Fit For Children” di New York (2002)(Penyediaan Pendidikan yang bermutu dan berkharisma)

B. Landasan Yuridis Tentang PAUD
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 ; "Salah satu tujuan kemerdekaan ialah mencerdaskan kehidupan bangsa."

Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 C
"Setiap anak berhak berbagi diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak menerima pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia."

UU No. 23/2002 Tentang Perlindungan Anak Pasal 9 ayat (1)
"Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minta dan bakat."

UU No 20/2003 pasal 28
- Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.
- Pendidikan anak usia dini sanggup diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non formal, dan/atau informal.
- Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.
- Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan non formal berbentuk kelompok bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat.
- Pendidikan anak usia dini pada jalur informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

C. Perkembangan Anak
Ditinjau dari psikologi perkembangan, usia 6-8 tahun memang masih berada dalam rentang usia 0-8 tahun. Itu berarti pendidikan yang dimemberikankan dalam keluarga maupun di forum pendidikan formal haruslah kental dengan nuansa pendidikan anak usia dini, yakni dengan mengutamakan konsep mencar ilmu melalui bermain. Perkembangan anak sebagai perubahan psikologis berdasarkan Kartini Kartono ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses mencar ilmu dalam fase tertentu.

Nana Syaodah Sukmadinata mengemukakan ada tiga pendekatan perkembangan individu, yaitu Pendekatan Pentahapan, diferensial dan isaptif. Khususnya pada pendekatan isaptif pada perkembangan anak meliputi perkembangan psikososial, perkembangan motorik, perkembangan kognitif, perkembangan sosial, perkembangan bahasa, perkembangan moral dan perkembangan penuh amarah.

Tahapan perkembangan psikososial anak berdasarkan Erik Erikson dalam Malcolm Knowles ialah sebagai memberikankut:

Tahap kepercayaan dan ketidak percayaan (trust versus misstrust), yaitu tahap psikososial yang terjadi selama tahun pertama kehidupan. Pada tahap ini,bayi mengalami konflik anatara percaya dan tidak percaya. Rasa percaya menuntut perasaan nyaman secara fisik dan sejumlah kecil ketakutan serta kekhawatiran akan masa depan.

Tahap otonomi dengan rasa aib dan ragu (autonomi versus shame and doubt), yaitu tahap kedua perkembangan psikososial yang berlangsung pada final masa bayi dan masa gres pintar berjalan. Setelah memperoleh kepercayaan dari pengasuh mereka, bayi mulai menemukan bahwa sikap mereka ialah milik mereka sendiri. Mereka mulai menyatakan rasa sanggup berdiri diatas kaki sendiri atau atonomi mereka dan menyadari kemauan mereka. Jika orangtua cenderung menuntut terlalu banyak atau terlalu membatasi anak untuk menyidik lingkungannya, maka anak akan mengalami rasa aib dan tidak tetap pendirian.

Tahap prakarsa dan rasa bersalah (initiatif versus guilt), yaitu tahap perkembangan psikososial ketiga yang berlangsung selama tahun pra sekolah. Pada tahap ini anak terlihat sangat aktif, suka berlari, berkelahi, memanjat-manjat, dan suka menantang lingkungannya. Dengan menggunakan bahasa, fantasi dan permainan khayalan, beliau memperoleh perasaan harga diri. Bila orangtua berusaha memahami, mentasumsi pertanyaan anak, dan mendapatkan keaktifan anak dalam bermain, maka anak akan mencar ilmu untuk mendekati apa yang diinginkan, dan perasaan inisiatif semakin kuat. Sebaliknya, bila orangtua kurang memahami, kurang sabar, suka memmemberikan eksekusi dan menganggap bahwa pengajuan pertanyaan, bermain dan kegiatan yang dilakukan anak tidak memberi manfaat maka anak akan merasa bersalah dan menjadi enggan untuk mengambil inisiatif mendekati apa yang diinginkannya.

Tahap kerajinan dan rasa rendah diri (industry versus inferiority),yaitu perkembangan yang berada pribadi kira-kira tahun sekolah dasar. Pada tahap ini, anak mulai memasuki dunia yang baru, yaitu sekolah dengan segala hukum dan tujuan. Anak mulai mengarahkan energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual.perasaan anak akan timbul rendah diri apabila tidak sanggup menguasai keterampilan yang dimemberikankan disekolah.

Tahap bukti diri dan kekacauan bukti diri (identity versus identity confusion), yaitu perkembangan yang berlangsung selama tahun-tahun masa remaja. Pada tahap ini, anak dihadapkan pada pencarian jati diri. Ia mulai mencicipi suatu perasaan wacana bukti dirinya sendiri, perasaan bahwa ia ialah individu unik yang siap memasuki suatu kiprah yang berarti ditengah masyarakat baik kiprah yang bersifat mengikuti keadaan maupun memperbaharui. Apabila anak mengalami krisis dari masa anak kemasa remaja maka akan mengakibatkan kekacauan bukti diri yang menjadikan perasaan anak yang hampa dan bimbang.

Tahap keintiman dan isolasi (intimacy versus isolation), yaitu perkembangan yang dialami pada masa dewasa. Pada masa ini ialah membentuk korelasi intim dengan oranglain. Menurut erikson, keintiman tersebut biasanya menuntut perkembangan seksual yang mengarah pada korelasi seksual dengan lawan jenis yang dicintai. Bahaya dari tidak tercapainya selama tahap ini ialah isolasi, yakni kecenderungan menghindari bekerjasama secara intim dengan oranglain kecuali dalam lingkup yang amat terbatas.

Tahap generativitas dan stagnasi (generativity versus stagnation), yaitu perkembangan yang dialami selama pertengahan masa dewasa. Ciri utama tahap generativitas ialah perhatian terhadap apa yang dihasilkan (keturunan, produk, ide-ide, dan sebagainya) serta pembentukan dan penetapan garis-garis pedoman untuk generasi mendatang. Apabila generativitas tidak diungkapkan dan lemah maka kepribadian akan mundul mengalami pemiskinan dan stagnasi.

Tahap integritas dan keputusasaan (integrity versus despair), yaitu perkembangan selama final masa dewasa. Integritas terjadi kadab seorang pada tahun-tahun terakhir kehidupannya menoleh kebelakang dan mengpenilaian apa yang telah dilakukan dalam hidupnya selama ini, mendapatkan dan mengikuti keadaan dengan keberhasilan dan kegagalan yang dialaminya, merasa aman dan tentram, serta menikmati hidup sebagai yang berharga dan layak. Akan tetapi, bagi orangtua yang dihantui perasaan bahwa hidupnya selama ini sama sekali tidak mempunyai arti ataupun memmemberikankan kepuasan pada dirinya maka ia akan merasa putus asa.

Perkembangan Kognitif Anak Menurut PIAGET tahapan perkembangan ini dibagi dalam 4 tahap yaitu sebagai memberikankut:

1. Sensori Motor (usia 0-2 tahun)
Dalam tahap ini perkembangan panca indra sangat kuat dalam diri anak.

Keinginan terbesarnya ialah harapan untuk menyentuh/memegang, lantaran didorong oleh harapan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya.

Dalam usia ini mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata terbesarnya ialah 'menangis'.

Menyampaikan cerita/memberikanta Bibel pada anak usia ini tidak sanggup hanya sekedar dengan menggunakan gambar sebagai alat peraga, melainkan harus dengan sesuatu yang bergerak (panggung boneka akan sangat membantu).

2. Pra-operasional (usia 2-7 tahun)
Pada usia ini anak menjadi 'egosentris', sehingga berkesan 'pelit', lantaran ia tidak sanggup melihat dari sudut pandang orang lain. Anak tersebut juga mempunyai kecenderungan untuk menggandakan orang di sekelilingnya. Meskipun pada ketika berusia 6-7 tahun mereka sudah mulai mengerti motivasi, namun mereka tidak mengerti cara berpikir yang sistematis - rumit. Dalam memberikan kisah harus ada alat peraga.

3. Operasional Kongkrit (usia 7-11 tahun)
Saat ini anak mulai meninggalkan 'egosentris'-nya dan sanggup bermain dalam kelompok dengan hukum kelompok (bekerja sama). Anak sudah sanggup dimotivasi dan mengerti hal-hal yang sistematis.
Namun dalam memberikan memberikanta Bibel harus diperhatikan penggunaan bahasa.

Misalnya: Analogi 'hidup kekal' - diangkat menjadi belum dewasa Tuhan dengan konsep keluarga yang bisa mereka pahami.

4. Operasional Formal (usia 11 tahun ke atas)
Pengajaran pada anak pra-remaja ini menjadi sedikit ludang keringh memperringan dan sepele, lantaran mereka sudah mengerti konsep dan sanggup berpikir, baik secara konkrit maupun abstrak, sehingga tidak perlu menggunakan alat peraga.

Namun ketidak ringan dan sepelean gres yang dihadapi guru ialah harus menyediakan waktu untuk sanggup memahami pergumulan yang sedang mereka hadapi kadab memasuki usia pubertas.

Pada umumnya dalam perkembangan Emosional seorang anak terdapat empat kunci utama emosi pada anak yaitu :

1. Perasaan marah
Perasaan ini akan muncul kadab anak terkadang merasa tidak nyaman dengan lingkungannya atau ada sesuatu yang mengganggunya. Kemarahan pun akan dikeluarkan anak kadab merasa lelah atau dalam keadaan sakit. Begitu punkadab kemauannya tidak diturutioleh orangtuanya, terkadang timbulrasa murka pada sianak.

2. Perasaan takut
Rasa takut ini di rasakan anak semenjak bayi. Kadab bayi merekatakut akan suara-suara yang gaduh atau rebut. Kadab menginjak masa anak-anak, perasaan takut mereka muncul apabila di sekelilingnya gelap. Mereka pu mulai berfantasi dengan adanya hantu, monster dan mahluk-mahluk yang menakutkan lainnya.

3. Perasaan gembira
Perasaan bangga ini tentu saja muncul kadab anak merasa bahagia akan sesuatu. Contohnya kadab anakdimemberikan hadiaholeh orang tuanya, kadab anak juara dalam mengikuti suatu lomba, atau kadab anak sanggup melaksanakan apa yang diperintahkan orang tuanya. Banyak hal yang sanggup membuat anak merasa gembira.

4. Rasa humor
Tertawa merupakan hal yang sangat universal. Anak ludang keringh banyak tertawa di bandingkan orang dewasa. Anak akan tertawa kadab melihat sesuatu yang lucu.

Keempat perasaan itu merupakan emosi negative dan positif. Perasaan murka dan ketakutan merupakan sikap emosi yang negative sedangkan perasaan bangga dan rasa lucu atau humor merupakan sikap emosi yang positif.

Menurut Kohlberg Perkembangan moral (moral development) bekerjasama dengan peraturan-peraturan dan penilaian-penilaian mengenai apa yang harus dilakukan seseorang dalam interaksinya dengan orang lain. Anak-anak kadab dilahirkan tidak mempunyai moral (imoral). Tetapi dalam dirinya terdapat potensi yang siap untuk dikembangkan. Karena itu, melalui pengalamannya memberikannteraksi dengan orang lain (dengan orang tua, saudara dan sahabat sebaya), anak mencar ilmu memahami wacana sikap mana yang baik, yang boleh dikerjakan dan tingkah laris mana yang buruk, yang dihentikan dikerjakan.

D. Peranan keluarga
Keluarga ialah institusi pertama yang melaksanakan pendidikan dan pelatihan terhadap anak (generasi). Disanalah pertama kali dasar-dasar kepribadian anak dibangun. Anak dibimbing bagaimana ia mengenal Penciptanya biar kelak ia hanya mengabdi kepada Sang Pencipta Allah SWT. Demikian pula dengan pengajaran sikap dan budi pekerti anak yang didapatkan dari sikap keseharian orangtua kadab berbaur dan bersama dengan mereka. Bagaimana ia diajarkan untuk menentukan kalimat-kalimat yang baik, sikap sopan santun, mengasihi terhadap saudara dan orang lain. Mereka diajarkan untuk menentukan cara yang benar kadab memenuhi kebutuhan hidup dan menentukan barang halal yang akan mereka gunakan. Kesimpulannya, potensi dasar untuk membentuk generasi bermutu dan berkharisma dipersiapkan oleh keluarga.

Keluarga dalam hal ini ialah bintang film yang sangat menentukan terhadap  masa depan perkembangan anak. Dari pihak keluarga perkembangan  pendidikan sudah dimulai semenjak masih dalam kandungan. Anak yang  belum lahir gotong royong sudah sanggup menangkap dan merespons apa-apa yang  dikerjakan oleh orang tuanya, terutama kaum ibu.

Tidak heran kemudian apabila anak yang dibesarkan dalam situasi dan kondisi yang kurang membaik semasa masih dalam kandungan berpengaruh  terhadap kecerdasan anak kadab lahir. Dengan demikian, pihak keluarga sejatinya banyak mengetahui perkembangan-perkembangan anak. Pada ketika anak masih dalam kandungan, pihak orang bau tanah harus ludang keringh memperbanyak perkataan, perbuatan, dan  tindakan-tindakan yang ludang keringh edukatif.

Kadab anak itu sudah lahir, maka tantangan terberat ialah bagaimana orang bau tanah sanggup mengasihi dan mengasihi anak sesuai dengan dunianya. Poin yang kedua ini kadab belum dewasa (usia bayi hingga dua tahun) mempunyai tahap perkembangan yang cukup potensial. Anak-anak mempunyai  imajinasi dengan dunianya yang sanggup membuahkan kreativitas dan  produktivitas pada masa depannya. Tapi, pada fase-fase tertentu banyak orang bau tanah tidak memmemberikankan kebebasan untuk berekspresi, bermain, dan bertingkah laris sesuai  dengan imajinasinya. Banyak orang bau tanah yang terjebak pada pembuatan  peraturan yang ketat. Ini memang tujuannya untuk kebaikan anak.

Pengekangan dan pengarahan berdasarkan orang bau tanah tidak baik untuk memompa  kecerdasan dan kreativitas anak. Bahkan, malah berakibat sebaliknya, yakni belum dewasa akan kehilangan dunianya sehingga daya kreativitas anak dipasung dan dipaksa masuk dalam dunia orang tua. Paradigma  semacam inilah yang sejatinya diubah oleh pihak orang bau tanah dalam proses pendidikan anak usia dini.

Menarik salah satu pernyataan seorang pujangga Lebanon, Kpakarl Gibran (1883). "Anak kita bukanlah kita, pun bukan orang lain. Ia ialah ia. Dan hidup di zaman yang berbeda dengan kita. Karena itu, memerlukan sesuatu yang lain dengan yang kita butuhkan. Kita hanya boleh memmemberikan rambu-rambu penentu jalan dan menemaninya ikut menyeberangi jalan. Kita sanggup memmemberikankan menyayangi, tapi bukan pendirian. Dan sungguh pun mereka bersamamu, tapi bukan milikmu.

Pernyataan tersebut cukup tepat untuk mewakili siapa gotong royong belum dewasa kita dan bagaimana seharusnya kita berbuat yang terbaik untuknya. Untuk itu pernyataan di atas sejatinya dijadikan referensi  dalam memandang belum dewasa oleh keluarga, terutama orang tua, yang  ingin menjadikan anaknya berkembang secara kreatif, dinamis, dan produktif.

Keluarga yang selama ini masih cenderung kaku dalam mendidik anaknya pada masa kecil sejatinya diubah pada pola yang ludang keringh bebas. Anak ialah dunia bermain. Dunia anak ialah dunia di mana keliaran imajinasi terus mengalir deras.

Anak sudah mempunyai dunianya tersendiri yang beda dengan orang dewasa. Hanya dengan kebebasan bukan pengerangkengan belum dewasa akan sanggup memfungsikan keliaran dan kreativitasnya secara ludang keringh produktif. Hanya dengan dunianya belum dewasa akan bisa mengaktualisasikan segenap potensi yang ada dalam dirinya.

Oleh lantaran begitu besarnya peranan orang bau tanah dalam perkembangan anak maka orang bau tanah dituntut untuk sanggup memahami pola-pola perkembangan anak sehingga mereka sanggup mengarahkan anak sesuai dengan masa perkembangan anak tersebut. Selanjutnya orangtua berkewajiban untuk membuat situasi dan kondisi yang memadai untuk menunjang perkembangan anak-anaknya. Dengan tercapainya perkembangan anak kearah yang tepat maka akan terciptanya keluarga yang sejahtera. Menurut Siregar dalm makalahnya 2 agustus 1996 pada seminar hari anak Indonesia di Bandung mengemukakan wacana keluarga sejahtera yaitu bahwa keluarga sejahtera selalu didambakan setiap individu. Tujuan utama dari keluarga sejahtera ialah keluarga hendaknya merupakan wadah pengembangan anak seoptimal mungkin, sehingga mereka berubah menjadi pribadi remaja yang penuh tanggung tasumsi dan matang dikemudian hari.

E. Menumbuhkan Kecerdasan Anak Usia Dini
Seorang anak yang gres lahir, ia masih berada dalam keadaan lemah, naluri dan fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya belum berkembang dengan sempurna. Namun secara niscaya berangsur-angsur anak akan terus mencar ilmu dengan lingkungannya yang gres dan dengan alat inderanya, baik itu melalui pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan mapun pengecapan. Anak berkemungkinan besar untuk berkembang dan mengikuti keadaan dengan lingkungan sosialnya. Bahkan anak sanggup meningkat pada taraf perkembangan tertinggi pada usia kedewasaannya sehingga ia bisa tampil sebagai pionir dalam mengendalikan alam sekitar. Hal ini lantaran anak mempunyai potensi yang telah ada dalam dirinya.

Hal yang dibutuhkan anak biar tumbuh menjadi anak yang cerdas ialah adanya upaya-upaya pendidikan sepertiu terciptanya lingkungan mencar ilmu yang kondusif, memotivasi anak untuk belajar, dan bimbingan serta instruksi kearah perkembangan yang optimal. Dengan begitu menumbuhkan kecerdasan anak yaitu mengaktualisasikan potensi yang ada dalam diri anak. Sebab jikalau potensi kecerdasannya tidak dibimbing dan diarahkan dengan rangsangan-rangsangan intelektual, maka walaupun beliau mempunyai talenta jenius aakan tidak ada artinya sama sekali. Sebaliknya jikalau seorang anak yang mempunyai kecerdasan rata-rata atau normal bila didukung lingkungan yang aman maka ia akan sanggup tumbuh menjadi anak yang cerdas diatas rata-rata atau superior. Hal ini berarti lingkungan memegang peranan penting bagi pendidikan anak selain talenta yang telah dimiliki oleh anak itu sendiri.

F. Karakteristik Belajar Anak
Menurut konsep PAUD yang sebenarnya, belum dewasa seharusnya dikondisikan dalam suasana mencar ilmu aktif, kreatif, dan menyenangkan lewat banyak sekali permainan. Dengan demikian, kebutuhannya akan rasa aman dan nyaman tetap terpenuhi. Kalaupun kepada siswa SD kelas awal ingin diajarkan konsep berhitung, contohnya, pilihlah sarana pembelajaran melalui nyanyian atau cara lain yang memperringan dan sepele dipahami dan menyenangkan.

Hanya saja, meski sama-sama melalui cara yang menyenangkan, tujuan pendidikan anak usia prasekolah berbeda dari pendidikan anak usia sekolah dasar awal. Kalau pendidikan bagi anak usia prasekolah bertujuan mengoptimalkan tumbuh kembang anak, maka konsep pendidikan di awal sekolah dasar bertujuan mengarahkan anak biar sanggup mengikuti tahapan-tahapan pendidikan sesuai jenjangnya. Selain tentu saja untuk berbagi banyak sekali kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan guna mengoptimalkan kecerdasannya.

Proses pembelajaran kepada anak harus sesuai dengan konsep pendidikan anak usia dini. Mengajarkan konsep membaca dan berhitung, contohnya, haruslah dengan cara yang menarik dan sanggup dinikmati anak. Yang tidak kalah penting, selama proses belajar, jadikan anak sebagai pusatnya dan bukannya guru yang menguasai kelas. Dalam pengaplikasiannya, inilah yang disebut CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Kaprikornus bukannya "CBSA" yang kerap diplesetkan sebagai "Catat Buku Sampai Abis".

Sementara pendidikan usia dini yang dimemberikankan dalam keluarga juga harus berpijak pada konsep PAUD. Artinya, pola asuh yang diterapkan orang bau tanah hendaknya cukup memmemberikan kebebasan kepada anak untuk berbagi aneka keterampilan dan kemandiriannya. Ingat, porsi waktu terbesar yang dimiliki anak ialah bersama keluarganya dan bukan di sekolah.

G. Program Pendidikan Bagi Anak Usia Dini
Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1992 wacana pendidikan pra-sekolah, pasal 4 ayat (1) disebutkan bahwa “bentuk satuan pendidikan pra-sekolah meliputi Taman Kanak-kanak, Kelompok Bermain dan Penitipan Anak serta bentuk lain yang diterapkan oleh Menteri.

Kelompok Bermain
Pendidikan dini bagi belum dewasa usia pra-sekolah (3-6 tahun) merupakan hal yang penting, lantaran pada usia ini merupakan masa membentuk dasar-dasar kepribadian manusia, kemampuan berfikir, kecerdasan, keterampilan serta kemandirian maupun kemampuan bermemperkenalkan. Pada dasarnya dunia anak ialah dunia mendasar dari perkembangan insan menuju insan remaja yang sempurna. Disadari bahwa generasi merupakan generasi penerus yang perlu dibina semenjak dini, karenanya pelatihan semenjak dini merupakan tanggung tasumsi keluarga dan masyarakat. Pembinaan anak usia pra-sekolah terutama peranan keluarga sangat menentukan.

Menurut Peraturan Pemerintah No 27 tahun 1990 wacana pendidikan pra-sekolah, Kelompok Bermain ialah salah satu bentuk usaha kesejahteraan anak dengan mengutamakan kegiatan bermain, yang juga menyelenggarakan pendidikan pra-sekolah bagi anak usia 3 tahun hingga memasuki pendidikan dasar.

Selama tahun pra-sekolah, taman kanak-kanak, pusat penitipan belum dewasa dan kelompok bermain tiruananya menekankan permainan yang menggunakan mainan. Akibatnya baik sendiri atau berkelompok mainan merupakan unsure yang penting dari acara bermain anak. Bermain dengan teman-teman sebayanya, anak dirangsang dalam kemampuan mental menyerupai kecerdasan, kreativitas, kemampuan sosial yang sangat memberi manfaat pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Kegiatan bermain mempunyai arti positif terhadap perkembangan sosial anak. Seperti yang dikemukakan oleh Zulkifli bahwa dengan berman mereka ludang keringh banyak mengenal benda-benda yang mempunyai kegunaan bagi perkembangan sosialnya. Hal ini sanggup terlihat dengan mengenal benda menyerupai kendaraan beroda empat sanggup berbagi rasa sosial anak dimana benda tersebut sanggup membantu orang lain eprgi kesuatu daerah tertentu. Secara ludang keringh jauh sanggup dilihat dengan adanya perkembangan teknologi membuktikan makin menariknya teknis dan permainan elektronik bagi anak yang ditunjang oleh situasi dan kondisi dimana belum dewasa tidak ringan dan sepele menerima sahabat sebaya untuk bermemperkenalkan sehingga anak sanggup menonton atau bermain sendiri tanpa memerlukan oranglain.

BAB III KESIMPULAN

Seorang anak yang gres lahir, ia masih berada dalam keadaan lemah, naluri dan fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya belum berkembang dengan sempurna. Hal yang dibutuhkan anak biar tumbuh menjadi anak yang cerdas ialah adanya upaya-upaya pendidikan sepertiu terciptanya lingkungan mencar ilmu yang kondusif, memotivasi anak untuk belajar, dan bimbingan serta instruksi kearah perkembangan yang optimal. Dengan begitu menumbuhkan kecerdasan anak yaitu mengaktualisasikan potensi yang ada dalam diri anak.

Masa usia dini merupakan Periode emas yang merupakan periode kritis bagi anak, dimana perkembangan yang diperoleh pada periode ini sangat kuat terhadap perkembangan periode memberikankutnya hingga masa dewasa. Sementara masa emas ini hanya tiba sekali, sehingga apabila terlewat  berarti habislah peluangnya. Untuk itu pendidikan untuk usia dini dalam bentuk  pemmemberikanan rangsangan-rangsangan (stimulasi) dari lingkungan terdekat sangat dibutuhkan untuk mengoptimalkan kemampuan anak.

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio penuh amarah (sikap dan sikap serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

Ditinjau dari psikologi perkembangan, usia 6-8 tahun memang masih berada dalam rentang usia 0-8 tahun. Itu berarti pendidikan yang dimemberikankan dalam keluarga maupun di forum pendidikan formal haruslah kental dengan nuansa pendidikan anak usia dini, yakni dengan mengutamakan konsep mencar ilmu melalui bermain.

DAFTAR PUSTAKA
M. Taqiyuddin. (2005). Pendidikan Untuk tiruana (Dasar dan Falsafah Pendidikan Luar Sekolah). Cirebon: STAIN Cirebon Press.
Purwanto. Ngalim. (2006). Ilmu pendidikan teoretis dan praktis. Bandung: Rosda
Gunawan, Ari. (1995). Kudang keringjakan-kudang keringjakan Pendidikan. Jakarta: PT. Rhineka Cipta
Tilaar. (1992). Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: Rosda
Latif, Abdul. (2007). Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan. Bandung: Reflika Aditama
Nurihsan, Juntika, 2007. Perkembangan Peserta Didik, Bandung : Sekolah Pasca Sarjana UPI

------

Demikianlah tumpuan singkat makalah pendidikan kali ini, jangan lupa tiba kembali untuk melihat tumpuan makalah lainnya hanya di blog ini.
Advertisement

Iklan Sidebar